Standar Kompetensi :
Menghargai
berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha
dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di
Indonesia
Kompetensi Dasar
:
Menceriterakan
tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia
sekarang ini tidak bisa dilepaskandari proses berdiri, berkembang, dan jatuhnya
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di bumi Nusantara. Seperti diketahui,
perkembangan bangsa Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya bangsa lain. Hal
ini karena letak wilayah Nusantara yang menjadi jalur lalu lintas perdagangan
dunia. Kebudayaan yang masuk ke wilayah Nusantara, antara lain dipengaruhi oleh
agama-agama besar di dunia, yaitu Hindu, Budha, dan Islam. Untuk itulah
kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Nusantara tidak bisa lepas dari pengaruh
agama tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya, uraian di bawah ini akan membahas
tentang tokoh-tokoh sejarah sesuai dengan masa kerajaan dan pengaruh agama yang
memegang peranan penting.
1. A. Masa Pengaruh
Agama Hindu
- 1.
Kerajaan Kutai
Pendiri Kerajaan Kutai adalah
Kundungga. Ia adalah orang Indonesia asli yang belum terpengaruh oleh budaya
Hindu. Oleh karena itu, ia tidak dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan.
Anaknya adalah Aswawarman dan dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan karena
pada masa itu sudah ada pengaruh dari agama Hindu. Sementara raja yang paling
terkemuka adalah Mulawarman. Ia raja yang berperadaban baik, kuat dan
berkuasa.
- 2.
Kerajaan Tarumanegara
Raja yang sangat terkemuka adalah
Purnawarman (dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu). Ia raja yang gagah berani
dan jujur terhadap tugasnya. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 450 M di daerah
Bogor (Provinsi Jawa Barat). Wilayah kekuasaanya meliputi Jakarta, Bogor,
Bekasi, Karawang dan Banten. Agama Hindu di Kerajaan Tarumanegara diajarkan
oleh seorang rahib bernama Gunawarman.
- 3.
Kerajaan Bali
Di antara raja yang ada di Kerajaan
Bali, Udayana Warmadewa adalah yang terkenal. Udayana adalah anak seorang Putri
Kamboja yang melarikan diri ke Jawa Timur dan menikah dengan Putri
Mahendradatta. Ia bersama permaisuri memerintah Kerajaan Bali dengan arif dan
bijaksana. Dari pernikahannya dengan Gunapriya, lahir beberapa putra yang salah
satunya adalah Airlangga.
- 4.
Kerajaan Pajajaran
Raja yang terkenal adalah Sang Ratu
Jayadewata dan mempunyai gelar Prabu Guru Dewataprana, Sri Baduga Maharaja Ratu
Haji. Sang Ratu menjalankan pemerintahannya berdasarkan kitab-kitab hukum yang
berlaku, sehingga pemerintahannya berjalan dengan aman dan tenteram. Pada masa
itu tidak ada perang, jika ada rasa tidak aman hanyalah terjadi pada mereka
yang melanggar aturan saja.
1. B. Masa
Pengaruh Agama Budha
- 1.
Kerajaan Kalingga (Holing)
Kerajaan ini dipimpin oleh seorang
ratu yang bernama Sima. Ia memerintah dengan amat baik, keras, serta adil.
Barang yang jatuh di jalan tidak ada yang berani menyentuhnya. Bahkan, pada
waktu ada pundi-pundi emas yang diletakkan dengan sengaja oleh utusan kerajaan
lain, rakyat kerajaan ini menghindar dari pundi-pundi tersebut.
- 2.
Kerajaan Sriwijaya
Raja-raja Sriwijaya merupakan
pelindung agama Budha dan penganut agama yang taat. Hal ini bukan suatu hasil
perkembangan dalam waktu singkat dan tidak hilang begitu saja. Raja yang
terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa dengan gelar
Sailendrawamsatilaka Sri Wirawairimathana.
1. C. Masa Pengaruh
Agama Hindu-Budha
- 1.
Kerajaan Mataram Kuno
Salah satu raja yang terkemuka pada
masa kerajaan ini adalah raja Sanjaya. Ia dijuluki raja yang gagah berani
yang telah menaklukan raja- raja di sekelilingnya. Ia dihormati oleh para
pujangga karena dipandang sebagai raja yang paham akan isi kitab-kitab suci.
Rakyatnya dapat tidur nyenyak tanpa ada rasa takut diganggu oleh penjahat.
- 2.
Kerajaan Medang Kamulan
Raja yang sangat terkemuka adalah
Airlangga dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottungadewa. Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa Airlangga dapat
menyelamatkan diri dari Serangan raja bawahan bernama Wurawari yang diperalat
oleh Sriwijaya. Airlangga masuk hutan dengan hanya diikuti seorang hambanya
yang bernama Narottama. Pada saat itu, Airlangga baru berusia 16 tahun. Ia
masih amat muda dan belum banyak pengalaman dalam peperangan dan belum begitu
mahir dalam menggunakan alat-alat senjata. Akan tetapi, Airlangga dianggap
sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, maka tidak dapat dibinasakan oleh kekuasaan
kejahatan. Selanjutnya, Airlangga dapat membalikkan keadaan. Wurawari mendapat
serangan Airlangga dengan diiringi oleh rakyat hingga keadaan menjadi dikuasai
oleh Airlangga.
- 3.
Kerajaan Singasari
Ada 5 raja yang terkemuka di
Kerajaan Singasari, yaitu sebagai berikut.
- a.
Ken Angrok (Ken Arok)
Wangsa Rajasa adalah wangsa
baru berbarengan dengan kemunculan Ken Angrok. Wangsa inilah yang
menguasai Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Ken Angrok dilahirkan di
Desa Pangkur, sebelah timur Gunung Kawi. Ibunya bernama Ken Endok, istri
seorang petani yang bernama Gajah Para. Ken Angrok merupakan anak yang
tidak diharapkan kehadirannya oleh ibunya, maka dari itu setelah melahirkan
ibunya membuang bayinya itu di sebuah kuburan. Selanjutnya, bayi itu dipelihara
oleh seorang pencuri yang bernama Lembong.
Pada masa mudanya, kehidupan Ken
Angrok diwarnai oleh kelakuan yang tidak baik. Seterusnya, ia diangkat sebagai
anak oleh seorang brahmana yang bernama Dangyang Lohgawe. Melalui perantaraan
Lohgawe inilah Ken Angrok dapat bekerja di tempat Akuwu Tunggul Ametung. Di
rumah Tunggul Ametung itulah Ken Angrok bekerja. Namun selanjutnya, Ken Angrok
jatuh cinta kepada istri majikannya, yaitu Ken Dedes. Untuk memenuhi
keinginannya, Ken Angrok meminta bantuan kepada Mpu Gandring agar
dibuatkan sebuah keris. Namun setelah keris itu selesai, Mpu Gandring dibunuh
Ken Angrok dengan keris tersebut. Ken Angrok kembali ke Tumapel dan keris itu
dipinjamkan kepada sahabatnya yang bernama Kebo Ijo. Pada suatu malam secara
diam-diam keris itu diambil oleh Ken Angrok untuk membunuh Tunggul Ametung.
Setelah berhasil membunuh, keris dikembalikan ke tempat semula. Rakyat akhirnya
gempar dan Kebo Ijo dituduh membunuh Tunggul. Sebaliknya, Ken Angrok dianggap
sebagai pahlawan. Ken Angrok pun berhasil membunuh Kebo Ijo dengan keris yang
dipinjamkannya. Setelah peristiwa itu, Ken Angrok menjadi Akuwu Tumapel
menggantikan Tunggul Ametung. Selain itu, Ken Dedes dipersunting menjadi
istrinya. Setelah lama menjadi Akuwu Tumapel, pada suatu hari ia didatangi para
Brahmana dari Kerajaan Daha. Mereka datang untuk meminta perlindungan dari
kejahatan Raja Daha. Para Brahmana kemudian menobatkan Ken Angrok menjadi Raja
Tumapel dengan gelar Sri Raharja Sang Amurwabhumi. Dengan izin dan restu para
Brahmana, ia pun memakai nama Bhatara Guru dan mengadakan penyerangan ke
Kerajaan Daha melawan Raja Dangdang Gendis. Ken Angrok dapat mengalahkan
Raja Dangdang Gendis dan balatentaranya. Seluruh wilayah Kerajaan Daha akhirnya
dapat dikuasai. Ken Angrok pun menjadi maharaja di Tumapel. Ken Angrok
menjadikan kerajaannya sebagai Kerajaan Singasari. Di bawah kekuasaanya,
kerajaan ini berkembang maju dan disegani. Dari perkawinannya dengan Ken Dedes,
ia mempunyai anak yang bernama Mahisa Wonga Teleng. Dari selirnya yang bernama
Ken Umang, ia mempunyai anak Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola dan
Dewi Rambi.
Pada tahun 1227, Ken Angrok
meninggal dibunuh oleh suruhan Anusapati, anak tirinya dengan menggunakan keris
buatan Mpu Gandring. Hal itu dilakukan Anusapati sebagai balas dendam terhadap
pembunuhan ayahnya, Tunggul Ametung.
- b.
Anusapati dan Tohjaya
Anusapati bukan anak Ken Dedes dari
Ken Angrok, melainkan anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Pada saat Ken Dedes
diperistri oleh Ken Angrok sebenarnya sedang hamil 3 bulan. Setelah dewasa,
Anusapati mengetahui bahwa Ken Angrok bukanlah bapaknya. Ayah kandungnya adalah
Tunggul Ametung yang dibunuh oleh Ken Angrok. Setelah mengetahuinya, Anusapati
ingin membalas dendam pada Ken Angrok. Untuk itu, ia menyuruh Pangalasan dari
daerah Batil untuk membunuh Ken Angrok. Setelah Ken Angrok meninggal, Anusapati
menjadi raja. Ia memerintah selama 21 tahun (1227-1248). Namun selama masa
pemerintahannya tidak banyak diketahui. Setelah lama waktu berlalu, berita
tentang pembunuhan Ken Angrok oleh Anusapati terdengar pula oleh Panji Tohjaya,
yaitu anak Ken Angrok dari Ken Umang. Ia tidak senang mendengar kematian
ayahnya dengan cara itu. Ia berusaha pula untuk membalas dendam. Akhirnya,
Anusapati dapat dibunuh oleh Tohjaya ketika keduanya sedang menyambung ayam.
Tahun 1248, Tohjaya memegang
kekuasaan Singasari. Namun, Tohjaya tidak lama memerintah. Ia hanya memerintah
selama beberapa bulan saja karena pada masa itu terjadi pemberontakan yang
dilakukan oleh Ranga Wuni, anak Anusapati. Dalam penyerbuan itu, Tohjaya luka
kena tombak, kemudian diusung dan diungsikan oleh pengikut-pengikutnya ke
Katang Lumbang. Sesampainya di tempat itu, akhirnya Tohjaya meninggal.
- c.
Wisnuwardhana
Sepeninggal Tohjaya, pada tahun 1248
juga Rangga Wuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardhana. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia didampingi oleh Mahisa
Campaka (sepupunya). Mahisa Campaka diberi gelar Narasimhamurti. Tahun 1268,
Wisnuwardhana meninggal dunia. Tahta kerajaan diturunkan kepada anaknya,
Kertanagara.
- d.
Kertanagara
Riwajat Kertanagara paling banyak
diketahui daripada raja-raja Singasari lainnya. Dalam pemerintahnnya, ia
dibantu oleh tiga mahamantri, yaitu Rakryan I Hino, Rakryan I Sirikap, dan
Rakryan I Halu.
Cita-cita Kertanagara adalah
memperluas daerah kekuasaannya. Namun, sebelum cita-citanya tercapai,
Kertanagara meninggal. Ia meninggal tahun 1292 karena terbunuh oleh serangan
pasukan Kediri.
- 4.
Kerajaan Majapahit
Beberapa raja Majapahit yang
terkenal adalah sebagai berikut.
- a.
Raden Wijaya (1293-1309)
Ia masih keturunan Ken Angrok hasil perkawinannya
dengan Ken Dedes. Ia merupakan raja pertama Kerajaan Majapahit dengan
gelar Kertarajasa Jayawardhana. Sebagai raja pertama, ia berusaha
membangun kerajaan demi memajukan rakyat dengan kerja keras. Pelabuhan lautnya
banyak dikunjungi pedagang dari berbagai daerah dan pedagang asing. Pelabuhan
laut yang dimiliki oleh kerajaan Majapahit adalah Tuban, Gresik dan Surabaya.
Pada masa pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan. Namun, semua
pemberontakan itu dapat ditumpas. Pemberontakan itu, antara lain dilakukan oleh
Ranggalawe, Lembu Sora, Juru Demung dan Gajah Biru. Pada tahun 1309, Raden
Wijaya meninggal. Jasadnya dibakar dan abunya dimakamkan di Simping (Candi
Sumberjati) dekat daerah Blitar.
- b.
Jayanegara (1309-1328)
Putra Raden Wijaya ini naik tahta
dalam usia yang masih muda. Pada saat pemerintahannya, banyak sekali terjadi
pemberontakan. Pemberontakan yang paling membahayakan adalah pemberontakan yang
dilakukan oleh Nambi dan Kuti . Bahkan pemberontakan Kuti dan pengikutnya
berhasil menduduki ibu kota kerajaan. Raja mengungsi ke Desa Bedander dengan
dikawal oleh panglima pasukan Bhayangkara, yaitu Gajah Mada. Berkat kecerdikan
Gajah Mada, akhirnya pemberontakan Kuti dapat ditumpas. Raja pun dapat kembali
ke istana. Tahun 1328 raja meninggal karena dibunuh oleh tabib istana yang
bernama Tanca.
- c.
Tribuanatunggadewi (1328-1350)
Putri Raden Wijaya dari Gayatri yang
bernama Tribuanatunggadewi yang bergelar Tribhuwanotunggadewi
Jayawisnuwardhani dinobatkan menjadi raja. Pada masa pemerintahannya terjadi
pemberontakan yang hebat yang dinamakan pemberontakan Sadeng. Peristiwa ini
dapat dipadamkan karena kecerdikan yang dimiliki oleh Gajah Mada. Berkat
jasanya inilah Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Pada saat
dilantik, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu,
Gajah Mada berjanji tidak akan menikmati kehidupan duniawi sebelum seluruh
wilayah Nusantara bersatu di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada tahun
1343 sumpahnya terwujud.
- d.
Hayam Wuruk (1350-1389)
Tahun 1350 Tribuanatunggadewi mundur
dan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk. Ia bergelar Sri
Rajasanagara. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaan. Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, Raja Hayam Wuruk
membawa kerajaan ke puncak kejayaan. Sementara itu, Gajah Mada ingin
melaksanakan Sumpah Palapanya.
Dalam menjalankan Sumpah Palapa,
satu demi satu daerah yang belum bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit
ditundukkan dan dipersatukan. Daerah kekuasaannya meliputi sekitar wilayah
negara Indonesia sekarang ini. Bahkan, pengaruh itu diperluas sampai ke negara
tetangga di wilayah Asia Tenggara.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk,
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tampak jelas
sekali. Berbagai kegiatan ekonomi dan kebudayaan sangat diperhatikan. Hasil
pemungutan dari berbagai pajak dan upeti dimanfaatkan untuk kesejahteraan
rakyat di berbagai bidang.
Untuk bidang pertanian, raja
memerintahkan pembangunan bendungan- bendungan dan saluran pengairan serta
pembukaan tanah-tanah baru untuk perladangan. Di beberapa tempat
sepanjang sungai besar dibuat tempat penyeberangan yang dapat membantu
lalu lintas antardaerah. Hayam Wuruk juga sangat memperhatikan daerah-daerah
kerajaan. Beberapa kali ia mengunjungi daerah, antara lain ke Pajang, Lasem,
Pantai Selatan, Lumajang, Tirib, dan Semper.
1. D. Masa Pengaruh
Agama Islam
- 1.
Samudra Pasai
Kerajaan Islam yang pertama kali di
wilayah Nusantara diperkirakan muncul pada abad ke-13, yaitu Kesultanan Samudra
Pasai. Kerajaan Islam biasanya disebut kesultanan. Munculnya Samudra Pasai
mendapat dukungan dari para pedagang Islam dan para mubalig. Hal ini merupakan
hasil proses Islamisasi di daerah-daerah pantai yang disinggahi para pedagang
muslim. Sultan Malik al Saleh (1297) merupakan raja di Nusantara yang
memeluk agama Islam.
Kesultanan Samudra Pasai terus
berkembang, khususnya di bidang pelayaran dan perdagangan. Hubungan dengan
Malaka pun semakin ramai. Akhirnya, pada awal abad ke-15 kesultanan ini menjadi
pusat kerajaan Islam. Mengenai Kerajaan Samudra Pasai diperkuat oleh keterangan
pedagang dari Venesia, yaitu Marcopolo yang pernah singgah di Perlak tahun1292
M. Demikian pula catatan pengembara dari Maroko bernama Ibnu Batutah.
Sultan Malik al Saleh digantikan
putranya yang bernama Sultan Malik al Tahir pada tahun 1297. Beliau memerintah
sampai tahun 1326. Pada abad ke-15, Samudra Pasai mengalami kemunduran.
Selanjutnya, jalur perdagangan di Selat Malaka dikuasai Kesultanan Malaka.
- 2.
Kesultanan Malaka
Raja pertama kesultanan Malaka
adalah Sultan Iskandar Syah. Nama aslinya bernama Paramisora. Beliau adalah
bangsawan yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1390, ia menobatkan
dirinya sebagai sultan. Pemerintahannya berlangsung sampai tahun 1413.
Penggantinya adalah Sultan Megat Iskandar Syah. Malaka mulai berkembang dengan
pesat pada masa pemerintahannya. Untuk selanjutnya, Sultan Muhamad Syah
digantikan oleh anaknya yang bernama Sultan Parameswara Dewa Syah. Malaka
sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam mencapai puncaknya pada
masa pemerintahan Sultan Muzafar Syah. Usaha membesarkan Malaka itu dilanjutkan
oleh putranya, Sultan Mansur Syah.
Pada masa ini, Malaka memiliki
angkatan laut yang sangat kuat dengan panglima laut yang terkenalnya adalah
Hang Tuah. Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan
Sultan Mahmud Syah karena kedatangan bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso
d’Albuquerque.
- 3.
Kesultanan Aceh
Pada awalnya, Aceh di bawah
kekuasaan Pedir. Pada tahun 1520, Aceh melepaskan diri dari Pedir. Raja pertama
Aceh adalah Sultan Ali Muqhayat Syah atau Sultan Ibrahim. Di bawah
kekuasaannya, Aceh mulai memperluas wilayah ke daerah-daerah sekitarnya.
Seperti Pidie, Pasai, Daya, Danau Toba, Siak, Bengkulu, sampai Johor Malaysia.
Selanjutnya, Aceh diperintah oleh Sultan Alauddin Riayat Syah. Dia menjalin
hubungan dengan daerah pantai barat. Selanjutnya setelah ia meninggal diganti
oleh putranya, yaitu Sultan Husain. Akan tetapi, Sultan Husain tidak disenangi
oleh saudara-saudaranya sehingga timbulah perang saudara. Sultan Husain dalam
peristiwa itu tewas. Kesultanan Aceh kemudian diperintah oleh Sultan Ali Riayat
Syah.
Sultan Aceh yang terkenal adalah
Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Aceh mencapai
puncak kejayaan. Aceh menguasai jalur perdagangan dan menjadi bandar transito
yang menghubungkan perdagangan Islam dengan Asia Barat. Perkembangan agama
Islam maju pesat ditandai dengan munculnya ulama, ahli fiqih dan penulis
terkenal seperti Hamzah Fansyuri Singkel yang membuat terjemahan Alquran
dalam bahasa melayu. Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Aceh yang kuat, cerdas,
berani dan mampu melaksanakan cita-citanya. Pendidikan agama yang melandasi
cita-citanya sangat diperhatikan. Banyak ulama dari Mesir, Turki, dan Arab
didatangkan. Rakyat Aceh menerima pendidikan agama Islam dengan baik sehingga
Aceh disebut Serambi Mekah. Artinya, Aceh sebagai pusat agama Islam.
- 4.
Kesultanan Banten
Kesultanan Banten berdiri tahun
1568. Sultan Hasanuddin merupakan sultan pertamanya sampai tahun 1570.
Penggantinya adalah putranya yang bernama Maulana Yusuf. Beliau adalah orang
yang kuat dan penuh semangat dalam melanjutkan cita-cita ayahnya. Ia berusaha meluaskan
daerah kekuasaannya ke arah timur.
Pada tahun 1579, pasukan Banten
merebut Pakuan, ibu kota Kerajaan Pajajaran. Prabu Sedah, Raja Pajajaran tewas
dalam peristiwa itu. Dengan jatuhnya Kerajaan Pajajaran, berkembanglah agama
Islam ke daerah pedalaman Jawa Barat.
Pada tahun 1580, Maulana Yusuf
meninggal dunia dan digantikan Maulana Muhammad dengan gelar
Ratu Banten. Pada saat pemerintahannya, Belanda untuk pertama kalinya datang ke
Nusantara.
Pada tahun 1596, Sultan Maulana
Muhammad menyerang Palembang, tetapi mengalami kekalahan. Bahkan, beliau
meninggal dunia dalam pertempuran itu. Penggantinya adalah Abdul Mufakir
(putranya), tetapi karena masih di bawah umur, maka pemerintahannya dijalankan
oleh para mangkubumi (wali raja). Sempat para mangukubumi itu berebut
kekuasaan. Akan tetapi, akhirnya muncul seorang patih yang kuat bernama Aria
Ranamanggala sebagai pemegang kekuasaan di Banten. Kesultanan Banten mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintahan dipegang oleh Sultan Abdul Fatah yang
lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Politiknya sangat
keras terhadap kompeni Belanda. Beliau sangat terkenal sebagai musuh besar VOC.
- 5.
Kesultanan Gowa Tallo
Sampai akhir abad ke-15, di
Semenanjung Selatan Sulawesi telah berdiri beberapa kerajaan kecil, yaitu Gowa
dan Tallo di sebelah barat. Pada abad ke 17, agama Islam baru masuk ke Gowa
Tallo setelah seorang melayu yang bernama Dato’ri Bandang datang ke Gowa Tallo.
Raja Tallo yang pertama masuk Islam adalah Karaeng Matoaya (raja ke-6).
Kemudian beliau bergelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Sementara Raja Gowa yang
masuk Islam adalah Daeng Manrabia (raja ke-14) yang bergelar Sultan Alaudin
(1591-1638). Pada saat itu, Raja Tallo Karaeng Matoaya merangkap sebagai
Mangkubumi Kerajaan Gowa. Oleh karena itu, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo
dijadikan satu kerajaan yang bernama Kesultanan Gowa Tallo dan akhirnya
terkenal dengan nama Kesultanan Makassar (Mangkassar).
Sultan yang berhasil memajukan
Kesultanan Makassar maju dengan pesat adalah Sultan Hasanuddin
(1653-1669). Dia menggantikan ayahnya yang bernama Sultan Muhammad Said. Sultan
Hasanuddin terkenal berani dan bersikap tegas. Beliau tidak senang melihat VOC
bertindak sewenang- wenang. Beliau juga tidak mau tunduk terhadap peraturan
Belanda, sehingga mendapat sebutan Ayam Jantan dari Timur.
- 6.
Kesultanan Ternate dan Tidore
Kesultanan Ternate terdiri kira-kira
abad ke-13 dengan ibu kota di Sampalu. Sejak abad ke-13, Kepulauan Maluku sudah
dikunjungi para pedagang yang beragama Islam. Maluku sebagai penghasil cengkeh
dan pala, menarik perhatian pedagang dari berbagai negara. Perdagangan
rempah-rempah ini sangat menguntungkan bagi rakyat Maluku.
Pada saat itu, Kesultanan Ternate
dan Tidore merupakan kerajaan besar di Maluku. Ternate dipimpin Persekutuan
Lima Negara (Uli-Lima), yaitu Ternate, Bacan, Obi, Ambon dan Seram. Sementara
Tidore memimpin Persekutuan Sembilan Negara (Uli-Siwa), yaitu kerajaan yang
berada antara Pulau Halmahera sampai Pulau Irian, Jailolo, dan Makinan.
Pada akhir abad ke-15 awal abad
ke-16, agama Islam menyebar di Maluku melalui jalur perdagangan. Daerah Islam
pertama ialah Hitu (Ambon) yang kemudian menjadi pusat penyiaran agama Islam.
Sunan Giri dari Gresik melalui utusannya berhasil menyiarkan agama Islam di
Maluku. Nama dan pengaruh Sunan Giri sangat terkenal di kalangan rakyat biasa
hingga ke lingkungan Istana. Hubungan dagang antara Maluku dan Jawa Timur pun
bertambah ramai. Itu pula sebabnya Sultan Zainal Abidin dari Ternate belajar
agama Islam di pesantren Sunan Giri di Gresik. Ketika sedang berguru di
pesantren itu, namanya terkenal dengan Raja Bulawa, artinya raja cengkeh.
Beliau berguru ditemani oleh Perdana Menteri Jamilu dari Hitu.
Banyak kekayaan alam terutama
rempah-rempah di Maluku membuat banyak orang asing ingin menguasai daerah itu.
Terbukti dengan datangnya bangsa Portugis. Kedatangan bangsa Portugis itu tidak
disenangi oleh rakyat Maluku karena menganggap Maluku seolah-olah daerah
kekuasaannya. Sultan Hairun yang berkuasa di Ternate pada tahun
1535-1570, menentang keras dan menolak aturan dagang monopoli Portugis.
Terlebih setelah Portugis beriskap licik pada Ternate. Pada tanggal 28 Februari
1570, Sultan Hairun dibunuh pihak Portugis.
Putra Sultan Hairun yang bernama
Sultan Baabullah (1570-1583) menggantikan ayahnya memimpin penyerangan. Selama
5 tahun benteng Portugis dikepung oleh tentara Ternate. Akhirnya, Portugis
menyerah. Sultan Baabullah terus melakukan pengejaran untuk mengenyahkan
Portugis di bumi Maluku. Tujuh puluh dua pulau di Maluku berhasil dikuasainya.
Oleh karena itu, beliau menyebut dirinya “Yang Dipertuan di 72 Pulau”.
Beliau pun berhasil memperluas daerah kekuasannya sampai ke Filipina. Kekuasaan
Portugis berakhir pada tahun 1575. Setelah mengalami pasang surut, akhirnya Kesultanan
Tidore bangkit kembali dengan ibu kotanya di Soa-Siu. Pada tahun 1757, Sultan
Jamaluddin naik tahta. Waktu itu, VOC sudah lama berkuasa di Maluku. VOC
menuntut agar Sultan Jamaluddin menyerahkan Seram Timur yang banyak
menghasilkan rempah-rempah kepada Belanda. Tuntutan Belanda tentu saja ditolak
oleh Tidore. Akibatnya pada tahun 1779 sultan dan putranya (Budiusaman)
ditangkap dan dibuang ke Batavia (Betawi).
Untuk menggantikan sultan, Belanda
mengangkat Sultan Patra Alam. Patra Alam kemudian memerintahkan penangkapan
terhadap Nuku dan Kamaludin (kedua putra Sultan Jamaludin). Kamaludin dapat
ditangkap, tetapi Nuku berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1781, Nuku
dinobatkan menjadi Sultan Tidore, Seram, dan Irian oleh rakyat. Nuku mulai
menyusun angkatan perang yang kuat di Pulau Seram untuk menghantam Belanda.
Pada tahun 1797, ia memimpin penyerangan Tidore. Namun, tidak ada perlawanan
dari Belanda. Nuku meninggal pada tahun 1805.
0 komentar:
Posting Komentar